9Trendingtopic - Ada hal-hal di dalam kehidupan ini yang kadang terasa begitu menyiksa dan amat menyakitkan.
Satu diantaranya yakni kehilangan anak yang sangat disayangi.
Setiap suami dan istri yang sudah menikah tentu mendambakan bisa mempunyai momongan yang bisa semain menambah kebahagiaan di dalam keluarga mereka.
Ada yang berhasil dikaruniai anak.
Namun tidak sedikit pula yang harus mengalami kekecewaan ketika momongan yang paling dinantikan tak kunjung hadir.
Ada pula yang harus mengalami pil pahit ketika sang anak yang sudah di tunggu kelahirannya justru dipanggil sang Maha Kuasa ketika masih di salam kandungan, alias mengalami keguguran.
Bagi mereka yang pernah mengalami bencana pilu ini, keguguran terasa sangat menyedihkan.
Bahkan ada yang hingga tak bisa berkata-kata saing sedihnya ketika mengingat kembali kenangan tersebut.
Hal serupa juga dialami seorang perempuan berjulukan Emily Christine Fauver.
Pada Januari 2017 yang lalu, Emily pernah membagikan ceritanya melalui Facebook, tentnag betapa pedihnya ia harus mencicipi kesedihan ketika keguguran harus ia alami.
Berikut ini postingan dari Emily yang diterjemahkan pribadi dair akun Facebooknya :
"Awalnya saya ingin kencing dan sudah tak tahan lagi, tapi mereka tak mengizinkan saya pergi.
Mereka bilang kandung kemih ku harus penuh semoga bayiku bisa dilahirkan dengan pertolongan ultrasound.
Aku ingat ketika itu saya merasa sangat frustasi, bukan hanya sebab merasa ingin kencing, tapi saya juga diharuskan mengisi setidaknya 50 halaman dokumen sebelum saya bisa kencing dan melihat bayo yang sudah saya tunggu kehadirannya selama 8 bulan.
Akhirnya saya dibawa kembali ke sebuah ruangan.
Disana saya disambut senyuman dari beberapa orang yang juga sudah tak sabar menantikan kelahiranku.
Proses ultrasound pun dimulai dan saya juga meliat ke arah monitor di sebelah kananku.
Jantungku berdegup kencang, dan terasa sangat membahagiakan pada ketika itu.
Saat itu menjadi hari dimana saya dan suamiku sudah menantinya sangat lama, rasanya ibarat lebih dari satu tahun.
Tapi, gambar yang ku lihat di monitor ketika itu beda dengan yang sering saya lihat di Facebook teman-temanku yang pernah melaksanakan investigasi ultra sound.
Ada yang tidak beres.
Aku tak melihat apa-apa di layar sebab ketika itu saya tak sadar kalau saya bahwasanya sudah keguguran.
Hasil ultrasound ku terdengar sangat sunyi dan saya tahu.
Dokter keluar ruangan dan suami menyampaikan kalau semua baik-baik saja.
Suami ku tak tahu saya sudah sering melihat gambar hasil ultra sound dan saya tak bisa ditipu.
Aku tahu ada yang salah dan memang benar, ada yang salah.
Aku ingat ketika itu saya takut menangis.
Aku merasa saya tak pantas menangis sebab saya merasa keguguran peernah dirasakan beberapa wanita.
Aku masih ingat ketika itu saya berusaha menahan tangis dan tak bisa menatap wajah suamiku sebab saya thu, raut duka di wajahnya akan semakin membuatku tersiksa.
Aku dipulangkan ke rumah semoga bisa menjalani peroses penyembuhan.
Aku merasa energiku memang kembali tapu saya merasa tak bisa apa-apa.
Dokterku tk membiarkanku pulang tanpa membawa sebuah peringatan dan memang apa yang beliau katakan semuanya benar.
Tapi apa yang tak ia katakan kepadaku justru terjdi sesudah saya mencicipi kesedihan mendalam pasca keguguran.
Dia tak bilang kalau saya masih harus memeriksakan badan ku ke dokter sebab butuh waktu usang untuk membersihkan tubuhku dari dalam.
Dia tak bilang kalau saya harus meyaksikan suamiku terus-terusan menangis.
Dia tak bilang betapa sulitnya menceritakan ini pada ibuku.
Dia tak bilang kalau tubuhku akan mencicipi kehamilan padahal gres saja keguguran.
Dia tak bilang kalau kalau menyampaikan saya baik-baik saja di depan orang lain itu akan terasa sangat menyiksa.
Dia tak bilang ahwa bencana ini akan membuatku menjadi priabdi yang pencemburu.
Dia tak bilang kalau saya akan merasa sulit mendapatkan setiap kali ada yang bertanya kapan saya punya anak.
Dan beliau juga tak bilang betapa sulitnya mengalami kehilangan sosok yang materi kita sama sekali tak pernah berjumpa dengannya.
Tapi beliau memang bilang kepadaku, tidak mengapa saya menangis dan beliau bilang saya tak sendirian.
Keguguran itu kasatmata adanya dan dialami sebagian perempuan di luar sana.
Faktanya, 1 dari 4 perempuan mengalami keguguran.
Tapi jangan anggap kalau hal tersebut tak membebaniku.
Hal ini justru membuatku semakin merasa sendirian dan saya kesannya tahu penyebabnya kenapa, sebab tak ada satupun orang disekitarku yang mau membahas persoalan ini.
Aku memang tak mau membahas ini hingga kesannya saya mulai kisah dengan sahabat dan keluargaku.
Perlahan saya sadar, saya tak lagi sendirian.
Ibuku, bibiku, saudara perempuanku, sahabat saudaraku juga pernah mengalami rasa sakit ini.
Orang mungkin berpikir mengapa saya gres mau berbicara sesudah beberapa bulan berlalu, tapi memang itu faktanya kalau waktu tak selamanya menyembuhkan semua luka.
jadi saya berharap semoga kisahku ini juga bisa membantu proses kesembuhan diriku dan mungkin orang lain yang juga mengalaminya di luar sana.
AKu takminta dikasihani dan saya tak butuh jawaban.
AKu bagikan kisah ini semoga stidaknya ada satu saja perempuan ydi luar sana yang tak lagi merasa sendirian sesudah mengalami keguguran.
Aku juga ingin semoga semua orang tahu, akan selalu ada impian dibalik setiap kesedihan.
Ini harapanku untuk anda...
Aku harap kamu tak lagi merasa kesepian.
Aku harap kamu tak ragu untuk menangis.
Aku harap kamu bisa melihat caaya di ujung lorong gelap yang kamu lalui.
Aku harap kamu tetap kuat, meski keteguhanmu sedang diuji.
Au harap kamu menemukan kedamaian.
Aku harap kamu tak merasa takut untuk mencoba lagi.
Aku harap kamu tak menyalahkan dirimu sendiri.
Aku harap temanmu mau memelukmu dengan sangat erat.
Aku harap kamu juga bisa memberi orang lain impian dari pengalaman dan rasa sakitmu.
Aku harap kamu menjadi cahaya disaat kamu dikelilingi kegelapan.
... dan saya harap kamu menghargai hidup seorang bayi ibarat kamu menghargai banyak hal sebab tak peduli seberapa pendeknya kehidupan, setiap hidup berhak untuk dihargai dan setiap kehilangan memang harus diterima.
Silahkan bagikan kisah ini kalau kamu ingin atau kamu merasa kisah ini akan berkhasiat bagi orang yang kamu kenal {Matther 7"7}
sumber : palembang.tribunnews.com