Jakarta -
Sudah sekitar setahun lebih Aa Gatot Brajamusti menjalani kehidupan di dalam penjara. Mantan guru spiritual itu pun menceritakan kehidupannya selama di bui.
Aa Gatot sempat ingin menyalakan sebatang rokoknya dinruang tunggu persidangan. Namun sayang, petugas melarangnya dan beliau pun terpaksa menahan keinginannya itu.
"Teman aku di penjara cuma tembok dan rokok. Nggak ada lagi, dibuang rokoknya cuma tembok doang. Itu hanya untuk isi aja," ujar Aa Gatot ketika ditemui di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Ampera, Jakarta Selatan.
"Ngerokok atau nyanyi paling, salat, ngaji (untuk mengisi waktu kosong)," lanjutnya.
Seringkali kehidupan di dalam penjara dipandang menyeramkan. Tapi, menurut Aa Gatot semua itu tergantung dengan pembawaan masing-masing tahanan.
Pria berusia 55 tahun itu merasa beruntung alasannya ialah tidak pernah mengalami tindakan yang kurang menyenangkan di penjara. Meskipun dirinya sempat sakit.
"Kekejaman tergantung pembawaan kita. Kalau kitanya sulit bergaul ya kejam. Kalau kita mampu bergaul ya biasa aja," ungkapnya.
"Kalau aku kan cuma dari kamar tahanan, musala, tahanan, musala saja. Ya yang namanya usia ketika ini ya gula naik dan sempat ngecek aja," curhat pria yang menjadi terdakwa tindakan asusila itu.
Soal nasib kehidupannya, Aa Gatot enggan berrandai-andai. Tidak buta fengan kehidupan di luar tembok penjara, Gatot Brajamusti bergantung pada koran dan informasi dari kerabat.
"Ya bagaimananya aku bukan peramal nanti saja kita lihat hasilnya. Ya jikalau di dalam kan ada perpustakaan kan ada koran kan jadi pasti tahu dan ada orang ya bicara. Kan mereka ada televisi juga. Di kamar aku kebetulan tidak ada televisi, hp, hanya ada tembok dan rokok," demikian dongeng Gatot Brajamusti.