9Trendingtopic - Sudah sering kita mendengar pesan yang tersirat jikalau kita dihentikan menilai orang dari penampilan luarnya.
Banyak orang-orang kaya yang berpakaian sangat sederhana dan orang-orang berilmu yang jarang menawarkan kemampuannya untuk kepentingan sendiri.
Banyak orang juga selalu mengatakan, diatas langit masih ada langit.
Kisah faktual ini terjadi di China, terjadi pada seorang perempuan yang berjulukan Li Jin-Lan.
Jin-Lan yakni seorang pelayan di hotel itu dan di posisinya ketika itu, gajinya cukup besar.
Bahkan diantara teman-temannya, Jin-Lan mempunyai honor sekitar 2-3 kali teman-temannya.
Tidak hanya itu, angka yang ada ini hanyalah honor pokok, belum termasuk tips yang biasa diberikan oleh para tamu.
Jin-Lan memang populer cantik, mempunyai postur badan yang baik, dan pintar. Tapi tidak jarang ia kurang disukai oleh teman-temannya alasannya kesombongannya.
Setiap kali Jin-Lan keluar dengan teman-temannya, ia selalu menyombongkan pekerjaannya.
Sampai suatu hari salah seorang temannya berkata, "Jangan sombong. Harus ingat diatas langit masih ada langit. Kalau kau sombong, kau tidak akan berakhir baik di pekerjaan ini." Tapi ia tetap tidak mendengarkan kata-kata ini.
Suatu hari ketika Jin-Lan sedang bekerja, datanglah seorang kakek bau tanah dengan baju yang sederhana sambil berkeringat ke dalam hotel, masuk ke restoran hotel dan duduk disana.
Jin-Lan yang melihat ini eksklusif mendekatinya sambil berpikir, "Orang ini tua, bajunya kmuh, niscaya dari desa."
Dia kemudian hingga di meja kawasan si kakek duduk dan bertanya, "Kakek, anda niscaya tiba untuk makan bukan?" Kakek itu kemudian hanya mengangguk.
"Apa yang ingin anda pesan?" tanya Jin-Lan.
"Air putih dulu aja."
"Maaf, restoran kami ini tidak ada air putih, hanya ada bir dan minuman lain."
"Restoran ini nggak ada air putih?" dengan tatapan resah kakek ini memandang Jin-Lan.
"Saya nggak biasa minum minuman lain. Saya nggak pesan dulu deh." Kata kakek ini lagi.
"Jadi anda ini mau makan nggak? Kalau nggak mau makan, jangan duduk aja disini. Nanti anda mengganggu orang lain dan memakan kawasan untuk orang lain!"
Kakek bau tanah ini kemudian berkata sambil tertawa, "Hai anak muda, idemu cukup menarik. Memang benar, sepertinya sudah seharusnya orang-orang tiba ke hotel untuk makan."
"Kalau gitu anda pesanlah makanan. Kalau nggak anda ini sedang mengambil jatah kawasan duduk orang lain." Sebenarnya, waktu itu pengunjung tidak banyak dan masih banyak kawasan kosong, Jin-Lan berkata menyerupai itu alasannya ia tidak suka dengan kehadiran orang bau tanah ini.
"Baiklah-baiklah. Sini saya pesan."
Sesaat kemudian, prak! Sebuah buku sajian yang tebal ditaruh di depan si kakek dan tanpa mempedulikan hal itu, kakek bau tanah ini kemudian membuka-buka halamannya.
Sambil memasang raut muka yang tidak enak, Jin-Lan menunggu dan berpikir, "Orang bau tanah kayak gini, niscaya nggak bisa pesan apa-apa. Lihat aja, setiap menunya semahal itu."
Tidak usang kemudian salah seorang pelayan yang lain tiba dengan membawa air putih, ia berkata, "Eh, Jin-Lan, kau disini. Tuan, maaf, saya bawakan air, silahkan tuan duduk dan lihat sajian kami pelan-pelan."
Melihat itu Jin-Lan eksklusif berpikir, "Huh. Kalau saya jadi dia, air putih pun nggak akan kukasih ke orang yang nggak bisa bayar apa-apa."
Kemudian ia berkata, "Gimana tuan? Apakah anda sudah mau memutuskan? Atau anda tidak bisa membeli apapun? Kalau anda tidak bisa bayar, harap jangan habiskan waktu kami disini."
Orang bau tanah itu tertawa, kemudian berdiri, dan berkata, "Anak muda, buku yang baik tidak bisa dinilai dari sampulnya. Kalau memang jodoh, 2 orang niscaya akan bertemu lagi." Kakek ini kemudian berjalan pergi.
"Ya ya sepakat terima kasih atas kata-kata bijakmu. Saya tidak tertarik."
"Udah miskin, lusuh, tua, masih mau tiba kesini untuk makan, kau nggak akan sanggup makan apapun di kawasan ini!" Kata Jin-Lan ketika kakek itu berjalan ke arah pintu.
Tidak usang kemudian pelayan yang tadi membawakan air tiba dan berkata, "Tuan, terima kasih atas kunjungan anda. Hati-hati di jalan. Jin-Lan, sudahlah. Orangnya juga sudah pergi..."
Gadis yang berjulukan Ya-Nan ini kemudian membereskan segala sesuatunya dan kembali ke posnya.
Ya-Nan ini yakni seseorang yang berasal dari sebuah desa miskin dan berusaha keras untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak.
Dia populer sebagai pelayan yang sangat ramah dan sangat baik hati terhadap setiap pelanggan.
Akhirnya beberapa hari kemudian, datanglah segerombolan orang dengan kendaraan beroda empat glamor di depan hotel.
Semua manager yang ada di hotel eksklusif keluar, memanggil semua pegawai untuk tiba menghadap eksekutif hotel yang selama ini belum pernah mereka temui.
Begitu sang eksekutif hingga di pintu, semua manager berteriak, "Salam, Bapak direktur! Terima kasih untuk kehadiran anda!"
Saat itu, semua pegawai termasuk Jin-Lan berpikir, mereka harus berbuat baik dan berlaku baik di hadapan eksekutif supaya mereka menerima honor lebih.
Saat manager menyambut eksekutif itu, ia berkata, "Tuan Li. Lama tidak berjumpa. Sudah usang saya mendengar nama besar anda." Tuan Li kemudian bertanya, "Kamu manager disini? Terima kasih buat sambutannya."
Kemudian sesudah semua orang berkumpul, manager meminta Tuan Li untuk memberikan kata sambutan.
Saat Tuan Li berjalan ke tengah setiap pegawai, Jin-Lan yang ketika itu juga ada disana kaget setengah mati. "Kenapa bisa dia?! Dia orang bau tanah yang waktu itu saya usir!"
Tuan Li berkata, "Dulu waktu saya pertama kali wirausaha, saya mulai dari penginapan kecil. Setelah penginapan saya semakin besar, mulailah orang-orang menginvestasikan harta mereka ke saya.
Akhirnya sesudah waktu panjang dan tunjangan dari banyak orang, saya berhasil membangun hotel ini. Banyak hal-hal sulit yang saya alami, tapi saya berhasil hingga ke tahap ini.
Saya yakin perjuangan dan perjalanan anda tidak mudah. Tapi tidak ada yang mustahil. Kita semua satu keluarga di kawasan ini, kalau ada apa-apa jangan malu-malu untuk meminta bantuan.
Saya juga memohon kerjasama kalian. Terima kasih."
Dia kemudian berkata, "Saya juga sudah tidak muda lagi. Mungkin perlu asisten pribadi untuk membantu saya dalam kehidupan sehari-hari. Manager, apakah kau mau menyarankan seseorang untuk jadi asisten pribadi saya?"
Manager kemudian berkata, "Satu kehormatan yang sangat besar. Mungkin saya bisa menyarankan..."
Katanya sambil menunjuk Jin-Lan. Tapi tanpa mengedipkan mata dan tanpa mempedulikan perkataan manager, Tuan Li kemudian buang muka, melihat ke arah Ya-Nan.
"Hai anak muda, siapa namamu?"
"Bapak direktur, saya Ya-Nan."
"Baiklah anak muda, kau yang akan jadi asisten pribadi saya."
"Terima kasih Pak Direktur!" Ya-Nan merasa semua ini mimpi. Dia tidak pernah menyangka kalau ia akan menerima kehormatan menyerupai ini.
Tuan Li kemudian berkata lagi, "Ya-Nan terlihat lelah, pak manager, biarkan ia beristirahat selama beberapa ahad sebelum membantu saya.
Kemudian untuk gadis kecil yang ada disana," Katanya sambil menunjuk Jin-Lan, "Kamu juga terlihat sangat lelah, manager, biarkan ia juga beristirahat. Carilah orang lain hingga kita membutuhkan ia lagi."
ingatlah... jangan pernah meremehkan orang lain dan menyombongkan diri sendiri....
sumber : palembang.tribunnews.com
