9Trendingtopic - Semua perempuan niscaya memimpikan ijab kabul yang berjalan dengan lancar.
Namun dalam suatu ijab kabul tentu tak akan pernah lepas dari cobaan.
Semakin usang sebuah pernikahanberjalan, maka semakin berpengaruh pula cobaan yang dirasakan.
Bagi mereka yang terus bertahan dan berjuang, semua cobaan tersebut justru menjadi pelajaran berharga untuk semakin bersyukur dan menghargai arti dari pernikahan.
Namun bagi mereka yang mungkin sudah tak sanggup, perpisahan justru kerap dijadikan sebagai jalan keluar.
Hal serupa juga dialami perempuan ini.
Ia tak pernah menduga bila pernikahannya yang awalnya baik-baik saja justru berakhir dengan kekecawaan.
Parahnya, ia justru mengalami hal mengejutkan ketika ia mencoba menjalin kekerabatan yang baru.
Apa yang terhjadi ?
Simak ceritanya di bawah ini, ibarat dilansir dari ceritacurhat.com.
Ini ialah kisah aktual dalam hidup saya, sebut saja saya T.
Saya seorang perempuan yang menikah di usia yang terbilang muda yakni 20 tahun.
Saya menikah dengan seorang duda anak 2 yang usianya 15 tahun di atas saya.
Kami berkenalan di pulau Bali dan memutuskan menikah dan hidup di Jawa.
Tepat di hari pernikahanku, air mata itu tak henti menetes, penyesalan dan keraguan dalam diri sendiri terus menghantui.
Entah apa yang sedang saya pikirkan, yang ada saya terus saja ingin menangis dan berteriak.
Hari berganti, waktu terus berputar, saya jalani hidupku sewajarnya sebagai istri dalam rumah tanggaku.
Tak ada kehangatan di dalam rumah tanggaku, saya ibarat hidup dalam kesunyian padahal ada suamiku di rumah.
Suamiku sangat keras dan dingin, beliau tak mau tau urusan dapur apalagi wanita.
Di usiaku yang masih muda, dan masih ingin disayang atau dimanja, sama sekali tak pernah ku dapatkan dari suamiku.
Dia beranggapan itu semua tak terlalu penting untuknya.
Cek cok terus terjadi di usia pernikahanku yang masih terhitung muda dikala itu, hingga pada jadinya suami saya memutuskan pergi dari rumah dan meninggalkan cincin kawin kami di lemari kamar.
Hancur seketika hatiku, sebagai istri yang tak pernah dihargai saya terus bertahan untuk anak dan rumah tanggaku.
Terlebih lagi masa mudaku yang telah ku korban untuk menikah dengannya serasa hancur lebur tiada arti.
Sebulan lamanya saya ditinggal suami, jadinya beliau memberi kabar melalui mertua saya bahwa beliau sedang di Bali bersama kedua anaknya.
Akhirnya saya putuskan untuk menyusulnya ke Bali berdua dengan anak saya yang dikala itu masih berusia 1 tahun.
Singkat dongeng kami hidup kembali berdua di Bali, dan yang saya harapkan hanya perubahan terbaik untuk keutuhan rumah tanggaku dan anak.
Keuangan kami hancur, dan saya putuskan untuk bekerja dengan ijin suami.
Seiring berjalannya waktu, saya lakukan sewajarnya sebagai pekerja sekaligus ibu.
Berangkat pagi pulang sore, ketemu anak ngurus rumah dan suami.
Tapi tetap kebekuan dalam rumah tanggaku tak sanggup dirubah, suamiku semakin asik dengan dunia gelapnya minum-minum, dan entah apa yang ada di kepalanya seketika kami cekcok andal dan beliau memukul saya hingga membekas.
Seumur kami menikah, beliau memang suka main tangan tetapi gres kali itu beliau memukulku hingga membekas di kawasan mata.
Luka hatiku yang ditinggal pergi waktu itu saja masih membekas, ditambah lagi pukulan yang beliau lakukan secara sadar hanya alasannya ialah persoalan sepele yang beliau buat sendiri.
Dendam hanya dendam dan sakit hati yang saya rasakan setiap kali melihat suamiku, hingga jadinya batas kesabaranku habis juga.
Di usia pernikahanku yang menginjak tahun ke 4, saya yang lemah dan terinjak, jadinya kalap dan berontak dengan keadaan yang saya alami.
Lalu saya putuskan membuka hati dengan teman kantorku.
Usia kami tak jauh berbeda, dan beliau tergolong laki-laki tampan dan pendiam di kantorku, sebut saja namanya M.
Entah apa yang ada di kepalaku dikala itu, saya berani melakukannya.
Dia sangat berbeda jauh dengan suamiku, kebekuan dalam rumah tanggaku serasa terobati seketika karenanya.
Hidupku mendadak berubah, serasa menemukan diriku yang sebenarnya.
Tak sedetik pun terlewatkan momen kebahagian kami, hingga pada jadinya M mengetahui bahwa saya perempuan bersuami dan M mengakui juga bahwa beliau telah mempunyai pacar yang hubungannya sudah tak sehat lagi.
Kita mempunyai problem yang sama dengan perkara yang berbeda, dan itu pun pula yang menciptakan kami semakin nekat.
Saya yang sedang dimabuk cinta mulai melupakan keluarga, saya sering pulang tengah malam dan sibuk dengan hp menciptakan suamiku mulai curiga.
Sampai pada jadinya saya memutuskan keluar dari rumah dan hidup bersama M.
Penyesalan suamiku tiada artinya bagiku, dan beliau mengiklaskanku pergi dari rumah.
Sampai pada jadinya peristiwa alam terbesar pun terjadi, alasannya ialah kesal suamiku membongkar malu rumah tangga kami ke keluarga saya. Tak usang berselang, ayah saya meninggal alasannya ialah serangan jantung.
Betapa hancurnya hidupku seketika melihat kenyataan bahwa ayahku meninggal di tangan suamiku, dendam campur murung dan tak terima menyerubung bersahabat di otakku kepada suamiku.
Semua keluarga besar menyalahkanku atas ajal ayahku.
Hujatan demi hujatan harus siap saya terima dan saya biarkan siapa pun menghujatku alasannya ialah mereka tak pernah tau sebenar-benarnya apa yang telah terjadi di dalam rumah tanggaku hingga saya berani asing berselingkuh.
Saya sebagai anak tertua, harus bertanggung jawab menopang ibuku alasannya ialah adikku belum bekerja dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga.
Saya semakin putus asa dan semakin menjadi-jadi dan kekerabatan terlarangku masih terus saya lanjutkan.
Hidupku semakin bergantung dengan M, dan M masih saja belum sanggup meninggalkan pacarnya dengan alasan hidup M di topang sama pacarnya.
Sampai pada jadinya hal tak terduga terjadi.
Disaat kami sedang tidur tiba-tiba kami kepergok eksklusif dengan pacarnya.
Dan yang lebih menyakitkan lagi, pacarnya ialah seorang pria.
Siapa yang tak hancur hatinya, orang yang ku cinta mati-matian ternyata seorang g4y.
Oh Tuhan, ibarat tak ada habisnya penderitaan yang saya alami ini.
Tak tahu harus apa dan mesti kemana saya mengadu.
Terimakasih kepada redaksi ceritacurhat.com yang telah menerbitkan goresan pena ini
sumber : palembang.tribunnews.com