9Trendingtopic - Sudah menempel di hati kita sebetulnya Guru disebut sebagai jagoan tanpa tanda jasa.
Karena wujud dedikasinya, sudah banyak orang-orang yang di latih sanggup mencapai kesuksesan.
Entah itu guru yang telah jadi PNS, honorer maupun kontrak, semuanya berjuang memperlihatkan ilmu yang mempunyai kegunaan bagi para muridnya.
Tapi apakah hak para jagoan tanpa tanda jasa itu sudah mereka terima dengan baik?
Jika melihat cerita guru honorer yang satu ini, rasanya tidak.
Sebuah akun Facebook berjulukan Vensca Virginia Ginsel membagikan cerita memilukan yang dialami seorang guru honorer di Timika, Papua, Selasa (18/7/2017).
Dalam unggahan akun tersebut terdapat sebuah foto yang memperlihatkan seorang laki-laki berkemeja merah marun sedang duduk di dingklik dan seorang laki-laki lain berada di depannya sambil memegang handphone.
Pria berkemeja merah marun tersebut diketahui yaitu Gerard, guru honorer SD YPPK Miyoko Distrik Mimika Tengah.
Gerard terlihat tertunduk dengan tangan kirinya seolah dijadikan penyangga.
Menurut akun Vannsca Virginia Ginsel, Gerard sedang menangis menuntut hak pembayaran insentifnya kepada pejabat Dinas Pendidikan Dasar.
Berikut keterangan unggahan yang ditulis Vensca Virginia Ginsel.
Nasib Guru Honorer di Timika; Harus meratap dgn tangisan di depan pejabat Dinas Pendidikan Dasar hanya utk menuntut hak pembayaran Insentif mereka.
Sy menangis lihat tragedi ini. Sungguh! Air mata sy tidak tertahankan. Pengorbanan guru2 honorer untuk mencerdaskan generasi bangsa di Kab. Mimika dibayar dgn sebuah kebijakan yg diskriminatif dan sikap pejabat yg tidak simpatik.
Kabupaten Mimika membutuhkan ribuan guru. Tidak boleh dipungkiri. Sy tdk tahu berapa banyak tenaga guru honorer yg didata Dinas Pendidikan Dasar & Menengah Kab. Mimika. Dari sekian guru honorer itu, berapa banyak yg mempunyai SK Pemerintah Daerah dan berapa banyak yg tdk miliki SK tersebut.
Permendikbud yg mengharuskan Guru Honorer mempunyai SK Pemerintah Daerah ibarat menjadi hantu di siang bolong bagi guru2 honorer di Timika. Bagaimana tidak, ratusan bahkan (mungkin) ribuan diantara mereka tdk mempunyai SK. Peraturan ini kemudian diterapkan oleh Pemerintah Daerah Mimika melalui Dinas
Pendidikan Dasar & Menengah tanpa ada sosialisasi dan memperlihatkan kesempatan kepada guru2 honorer itu utk mengurus SK Pemda. Miris? Tentu saja! Guru2 honorer yg tdk mempunyai SK Pemerintah Daerah sebagian dipecat, yg lain tdk mendapat hak mereka berupa pembayaran insentif.
Salah satu guru SD yg menghadap salah satu Kabid di dinas pendidikan Dasar ini contohnya. Guru yg merupakan masyarakat orisinil dr suku kamoro ini, harus mengeluarkan air matanya di depan pejabat dinas yg terlihat sedang memainkan HPnya, hanya untuk meminta haknya.
Negara punya Hutang utk para guru ini. Bukan hanya hutang belum membayar upah mereka, tapi hutang atas kebijaksanaan mereka mau berada di pelosok utk mencerdaskan bangsa.
Jangan pikir ini hanya hal sepele! Mudah2an Pak Kabid itu sedang menghubungi pejabat terkait utk membantu Bapa
Guru ini dan guru2 honorer lainnya di Timika. Siapa tahu!
Cc: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Bpkln Kemdikbud."
Berikut beberapa komentar netizen:
@Holiman: "Jasa guru sangat besar untuk bangsa Indonesia,tapi kesejahteraan guru kurang diperhatikan terutamu honorer ,harusnya pemerintah me gangkat guru honorer menjadi pns tanpa
harus ikut tes,sudahjelas jasa mereka sangat banyak."
@Paulina Pola Gunawan: "Pecat kepala pendidikan yg main hp. Kerja cuma main hp di gaji. Yg kerja mati2an menangis tdk dpt uang."
@Cendy Linata: "Perhatikan nasib guru , mereka yaitu jagoan bangsa , penentu kwalitas generasi muda."
@Hesty Dwi Dini: "Mana anggota dewan yg membela hak2 wong cilik, mana janjinya waktu berkampanye, klw blm jadi aja...."
@Gunawa Made: "Memang inilah yg sbenarnya byak terjadi bukan hanya ditimika saja...jg didaerah2 lain termasuk di Tabanan Bali.."
sumber : tribunnews.com
